-->

Iklan

Iklan

Petani Saksi dan Korban Kekerasan Terkait SMB Minta Ketegasan Hukum

Redaksi
Jumat, 19 Oktober 2018, Oktober 19, 2018 WIB Last Updated 2018-10-20T02:24:49Z
Nyoman Korban kekerasan saat dirawat di RSU Tebo
NEWSPORTAL.ID - Hingga hari ini genap sudah empat puluh hari aksi kekerasan yang dialami Nyoman oleh sekelompok orang yang diduga akan melakukan pembunuhan terhadap dirinya.

Sekurangnya lima orang saksi yang melihat kejadian penyerangan dan penganiayaan tersebut hingga kini masih belum berani ke tempat kejadian perkara bahkan dua orang saksi lainnya justru tidak berani pulang kerumah karena masih trauma dan takut mendapat serangan yang serupa.

“Paska kejadian itu saya 3 minggu diam di rumah dan sakit karena memikirkan kejadian tersebut,”ungkap Mandah, Salah seorang petani yang menjadi saksi penganiayaan Nyoman yang berasal dari Desa Terusan Kec. Muaro Tembesi menyampaikan pada media ini saat di konfirm via ponselnya.

Dirinya sama sekali tidak menyangka waktu itu, Senin (10/9) ada penyerangan terhadap Nyoman yang berasal dari Dusun Tepian Napal Desa Muaro Kilis Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo itu.

“Yang saya tau kejadian tersebut berlangsung dengan tiba-tiba. Tau-tau ada orang datang dan memukul serta membacok pak Nyoman, Tidak ada basa-basi lagi dan kami yang ada di pondok diminta segera pergi (diusir) oleh mereka kalangan pelaku”ujarnya menerangkan kisah.

Rombongan pelaku saat itu lanjutnya cukup ramai dan setelah melakukan pemukulan dan pembacokan mereka kemudian berteriak sambil mengacungkan parang dan bertanya, siapa yang membela pak nyoman disini? Secara berulang-ulang dan kami terpaksa menjauh (pergi) karena memang kalah secara jumlah.

“Saya tak habis pikir hari ini ternyata masih ada orang yang main pukul dan main bacok begitu dan saya berharap para pelaku ini ditindak tegas agar tak ada lagi yang nertindak seperti itu dan menjadi terancam dan trauma seperti kami sekarang ini”ujarnya penuh harap. 

Hal senada diutarakan oleh Safari yang pada saat itu juga ada di lokasi kejadian.

Selain dirinya dan Mandah serta korban (Nyoman) kejadian tindak kekerasan terhadap Nyoman waktu itu juga dilihat oleh Eko, Jun dan Sukat, temannya yang juga masih sesama petani.

Ia bercerita, Seingatnya pada saat itu Nyoman ada janji dengan si Dom untuk mengobati ibu Dom yang waktu itu sedang sakit strok.

Selama ini di kalangan petani Nyoman memang dikenal bisa mengobati beberapa penyakit melalui keahlian pengobatan herbalnya.

Hari itu lanjut Safari, Senin (10/9) sekitar pukul 11 Wib pak nyoman ketepatan mampir di pondoknya yang menjadi TKP berlokasi tak jauh dari Desa Belanti Jaya Kec. Mersam Kab. Batanghari.

“Kami waktu itu abis sarapan dan pak Nyoman baru mau duduk lalu datang sejumlah orang dan langsung melakukan pemukulan serta pembacokan, tak ada pertanyaan lagi, pokoknya langsung main pukul dan bacok gitu aja, gak ada yang namanya debat, senjata sampe patah-patah (Senapang angin) kemudian dia diseret keluar, diikat lalu ditarik bahkan ampe mau dibakar, kami gak ngerti dan memang gak tau masalahnya apa, tapi waktu itu pak nyoman sempat bilang oh ini dari tim sepuluh katanya” ujar Safari.

Tim sepuluh sendiri diketahui adalah salah satu tim yang ada di SMB yang bekerja untuk membantu kegiatan di organisasi tersebut.

Upaya untuk melerai pada saat itu menurut Safari seolah sia-sia tapi itu tetap ia lakukan namun dirinya mengaku kalah mental karena yang datang bukan 1-2 orang tapi puluhan hingga ratusan orang dan itu yang membuat mereka terpaksa meninggalkan lokasi.

Paska kejadian itu hingga kini menurut Safari dirinya sudah empat kali dimintai keterangan oleh Polisi baik di tingkat Polsek hingga Polres Batanghari.

Selain dirinya, Mandah dan Arjuna juga sudah dimintai keterangan namun dua orang lagi (Eko dan Sukat) baru beberapa hari ini berani pulang ke rumahnya karena masih trauma atas kejadian tersebut.

“Mereka masih takut diserang karena sebagai saksi dan mereka tidak menyangka pak nyoman waktu itu masih hidup”ujar warga Karya Mukti Kec. Marosebo ilir kab. Batanghari ini memaparkan.

Untuk para pelaku saat itu menurut Safari ada dua orang yang dikenalnya yakni Sunar dan Deni dan Sunar sendiri diketahui masih punya hubungan keluarga dengan Muslim, Ketua Kelompoknya SMB (Serikat Mandiri Batanghari).

“Pada saat kejadian saya belum kenal dengan pelaku tapi setelah di cek melalui video teman yang merekam situasi di portal dan ditanya dengan orang yang ada disitu barulah saya tau oh itu ternyata namanya Deni,”terang Safari menjelaskan.

Dalam kasus penyerangan Nyoman tersebut Deni diketahui yang pertama melakukan pemukulan dan disusul oleh Sunar yang melakukan pembacokan.

Pihaknya selaku saksi hingga kini mengaku masih trauma dan masih belum berani balik ke pondoknya yang menjadi tempat kejadian perkara.

“Di lokasi itu sekarang masih kosong. Kami masih takut dengan ancaman-ancaman yang tak jelas, Kami ini mau cari hidup dan juga sudah tua-tua bukan mau dibunuh atau mati konyol”ujarnya menimpali.

Pak Nyoman sendiri yang dalam hal ini menjadi korban menurut Safari justru tak pernah berniat untuk menghancurkan SMB sebaliknya ia mau memperbaiki karena perjalanan SMB selama ini yang dianggap kurang beres.

“Waktu di awal-awal dulu gak ada yang diminta membayar kemudian kenapa ada bayaran ampe 3 juta dan perbulannya 100 ribu? jika sekarang yang duduk di SMB itu ada 1500 orang ya tinggal dikali 100 ribu perbulan berapa itu?” Safari mengeluhkan.

Makanya Safari berharap para pelaku kekerasan di kasus ini segera di proses serius karena yg ia ketahui sejauh ini baru menyentuh satu orang pelaku yakni Sunar dan itupun kemudian ditangguhkan setelah Polres Batanghari di demo oleh SMB.

“Itulah yang masih sulit kami terima karena kejadian yang menimpa pak Nyoman inikan lebih kejam dari PKI tapi kok kenyataanya seperti gampang begini jadi keadilan hukum untuk pak nyoman itu dimana?” tanyanya kepada media ini.

Damai ditolak

Nyoman sendiri ketika ditemui langsung Selasa (16/10) kemarin mengaku sudah ada utusan Muslim (Ketua SMB) yang menemui dirinya untuk mengajaknya berdamai.

Menurut utusan tersebut, kata Nyoman, Mereka ingin damai dan siap menanggung biaya pengobatan tapi tawaran tersebut ia tolak karena kasus ini sudah masuk pembunuhan berencana sebab ancaman kepadanya mencuat tanggal (2/9) dan terjadi sepekan berikutnya (10/9/2018).

"Saya ini di aniaya dan barang saya dirampas jadi ini tetap larinya ke ranah hukum dan menurut pihak kepolisian kasus ini tetap berlanjut dan berkasnya sudah dilimpahkan ke pihak kejaksaan,”ujarnya menjelaskan pada utusan tersebut.

Untuk tersangka Sunar yang ditangguhkan kemarin itu, lanjut Nyoman, sejauh ini tetap di proses dan wajib lapor dua kali seminggu yakni setiap hari Senin dan Kamis di Polres Batanghari.

Kepada utusan tersebut Nyoman sempat bertanya jika anda disiksa kemudian tangan anda menjadi lumpuh bagaimana? Apalagi ini tangan kanan untuk makan dan kerja jadi tolong sampaikan kepada Muslim saya belum terima ajakan damainya dan mari selesaikan masalah ini secara hukum ujarnya.

Ketika ditemui awak media kemarin selasa di Tebo, Nyoman terlihat masih mengikat lengan kanannya dengan sebuah selendang.

Ia juga sempat memperlihatkan kondisi lima jarinya yang susah untuk digerakkan alias masih lumpuh.

Pergelangan tangan bekas bacokan tampak masih menyembul seperti membengkak dengan tebalnya.

Pergelangan tangan kanannya itu nyaris putus karena ia gunakan untuk menangkis serangan bacokan dan gebukan yang membabi buta yg ia alami pada 10 september lalu.

"Boro-boro mau damai yang ada justru saya minta kepada polisi untuk segera menciduk pelaku lainnya supaya kasus ini bisa segera tuntas"tegasnya mengakhiri (Red)
Komentar

Tampilkan

Terkini