-->

Iklan

Iklan

SEMAKIN MENINGKATNYA PAJAK BBM BERSUBSIDI

NEWSPORTAL.ID
Selasa, 07 Mei 2019, Mei 07, 2019 WIB Last Updated 2019-05-07T14:28:52Z

Oleh: Lia Vidianti

BBM Subsidi merupakan bahan bakar minyak yang diperuntukkan kepada rakyat yang telah mengalami proses subsidi. Pengertian subsidi itu sendiri adalah sebuah bantuan keuangan yang diberikan sebuah badan (pemerintah) kepada rakyat atau sebuah bentuk usaha seperti perusahaan yang dilakukan untuk melakukan beberapa tujuan. Dari sini kita dapat mengatakan bahwa pengertian BBM Subsidi adalah bahan bakar yang dijual kepada rakyat dengan harga dibawah harga bahan bakar dunia karena sudah mendapatkan bantuan dana melalui potongan biaya tersebut termasuk dalam proses pengelolaan minyak mentah hingga proses distribusi bahan bakar minyak ke tangan konsumen. Selain BBM subsidi, juka terdapat BBM Non-Subsidi yang tidak mendapatkan bantuan dana dari pemerintah dengan konsekuensi harga yang lebih mahal.

Kenaikan harga BBM selalu menimbulkan Pro-Kontra dikalangan masyarakat yg didukung oleh banyaknya pendapat yang muncul tanpa diikuti oleh data-data yang akurat sehingga menimbulkan dilemma terhadap masyarakat. Kenaikan harga BBM pada tahun 2005 tak hanya berimbas pada inflasi tetapi tetapi juga pada penerimaan pajak. Kenaikan harga bahan bakar minyak yang terlalu tinggi saat situasi ekonomi sedang melemah, dinilai dapat membuat perekonomian nasional semakin memburuk. Bahkan berdampak hingga menurunnya realisasi penerimaan pajak. Dapat kita contohkan pada tahun 2005 harga BBM naik mencapai 100 persen. Harga industri seperti barang dan jasa juga naikknya sama.

Kekhawatiran ini sebenarnya dikarenakan penyebab inflasi, seperti buruknya infrastruktur, belum tersentuh. Sementara, infrastruktur yang buruk disebabkan oleh faktor pemerintah yang tidak punya uang, lantaran sebagian besar penerimaan dihabiskan untuk subsidi BBM. Kenaikan BBM bersubsidi akan menciptakan inflasi dalam jangka pendek, tapi akan menurunnya dalam jangka Panjang. Bahkan hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif antara harga BBM dan tingkat inflasi di suatu negara. Artinya tingginya inflasi lebih ditentukan oleh factor lain dibandingkan variasi harga BBM di negara tertentu.
Inflasi itu lebih kepada penyesuaian harga. Kenaikan harga BBM biasanya dimanfaatkan oleh pelaku industri, seperti transportasi, sebagai momentum dan alasan untuk menaikkan harga. Karena sudah beberapa tahun tarif transportasi tidak naik. Kalau harga-harga itu disesuaikan sebelum menaikkan harga BBM, inflasinya tidak terlalu besar.
Kenaikan harga pada kenyataannya juga tidak bisa menekan konsumsi BBM. Waktu 2005 (saat pemerintah menaikkan harga BBM hingga 147,5 persen) memang dikemukakan argument itu (kenaikan harga bisa mengerem konsumsi). Tapi kenyataannya, konsumsi BBM tetap (memingkat). Ini dikarenakan pembelian atau demand untuk mobil tidak hanya ditentukan oleh variable cost, yaitu BBM, tetapi juga dari pendapat masyarakat. Dengan pendapat yang meningkat, kemampuan masyarakat membeli mobil juga menjadi semakin besar.
Maka tidak mengherankan, jika kebijakan subsidi BBM paling sering ditemukan di kalangan negara-negara berkembang, baik negara yang memiliki cadangan minyak yang besar, sedang, kecil, atau tidak sama sekali. Pada 2015, dibandingkan Indonesia dengan produksi minyak 936,000 barrel per hari (populasi 255.708.785 jiwa), Norwegia dengan produksi minyak sebesar 1.959.000 barrel per hari (populasi 5.142.842) (IEA 2015) menetapkan pajak tinggi pada penjualan BBM. Pajak tersebut dimasukkan dalam National Petroleoum Fund yang digunakan secara sistematis untuk investasi-investasi berkelanjutan demi membangun perekonomian negara yang stabil.

Kebijakan ini akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, jika pemerintah konsisten merealokasi penghematan subsidi ke sektor yang lebih produktif. Dampak ini akan teratasi dengan cepat, jika kebijakan fiskalnya ini harus direalokasi dengan cepat, dan di tempat yang benar.

Penulis adalah mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Jambi.
Komentar

Tampilkan

Terkini