-->

Iklan

Iklan

Kisah Pasukan Sayang Tebuang dan Gugurnya Prajurit Yahya

NEWSPORTAL.ID
Kamis, 11 Agustus 2016, Agustus 11, 2016 WIB Last Updated 2018-04-07T17:02:51Z
NEWSPORTAL.id – Catatan singkat perjuangan dua pasukan ini terdapat dalam Minirama Pertempuran di Pelepat oleh Museum Perjuangan Rakyat Jambi (MPRJ).

Jejak perjuangan terhadap militer Belanda dalam beberapa daerah disepanjang aliran Sungai Batanghari seperti Muaro Tembesi, Mersam, Sungai Rengas, hingga ke Tebo saat Agresi Militer Belanda yang ke II, 1948-1949.

Pasukan Sayang Terbuang dari Batalyon Cindur Mato ini mulai melakukan gangguan terhadap Belanda di pos penjagaan Pematang Gadung, Ulu Mersam, yang kemudian membuat pos-pos di pinggir Sungai Batanghari sehingga terjadi pertempuran pada daerah Sengkati Kecil, di tepian Sungai Batanghari.

Dalam pertempuran tersebut pasukan Belanda terperangkap di pinggir Sungai Kasim dekat jembatan yang mana Pasukan Sayang Terbuang dengan leluasa menyerang Belanda.

Dalam pertempuran itu korban di pihak Belanda 7 orang dan dan Pasukan Sayang Tebuang gugur Prajurit Yahya.

Selanjutnya Pasukan Sayang Terbuang terus melakukan penyerangan secara gerilya setiap kali patroli di dusun-dusun sepanjang Sungai Batanghari sampai ke Sungai Rengas.

Perlawanan Pasukan Sayang Tebuang dibawah Batalyon Cindur Mato ini pada saat itu banyak mendapat dukungan masyarakat, Berupa makanan, tenaga, maupun hal-hal yang dapat membantu kelancaran perjuangan khususnya di beberapa daerah yang sudah disampaikan seperti diatas (djambi.co/MPRJ)

Foto : Pasukan 1e Para Cie Compagnie setelah diterjunkan ke Jambi dan berhasil menduduki lapangan terbang Paal Merah pada tanggal 29 Desember 1948, nampak mereka berhasil merebut bendera merah putih dan bertuliskan “DJAMBI”-djokjakarta 1945.
Komentar

Tampilkan

Terkini